Tuesday, 18 November 2008

Ibadah haji

HAMPIR semua umat Islam mengetahui bahwa ibadah haji adalah ibadah yang paling fundamental dalam agama Islam karena termasuk dalam struktur bangunan Islam (rukun Islam).

Dalam al-Quran Allah berfirman, “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah” (QS.Ali Imran : 97).
Setiap perintah Allah pasti memiliki nilai atau keutamaan bagi mereka yang mengerjakannya. Begitu juga dengan ibadah haji. Berikut ini ada beberapa keutamaan ibadah haji yang saya ambil dari hadis Rasulullah Saw.

Pada suatu hari, datang dua orang sahabat kepada Nabi Muhammad Rasulullah Saw. Satu dari kalangan Anshar dan satu lagi dari Safiq, Madinah. Orang dari Safiq berkata, ”Ya Rasulullah, saya sedang dalam perjalanan dan saya dalam keadaan tergesa-gesa.”
Orang Anshar pun berkata, ”Ya Rasulullah, aku sudah izinkan dia untuk bertanya.” Rasulullah SAW berkata kepada orang Safiq, ”Jika kamu mau, silakan kamu bertanya kepadaku. Jika tidak mau, aku akan kabarkan permohonan kamu itu.”
”Ya Rasulullah, kabarkanlah kepadaku dari engkau sendiri,” jawab orang Safiq. Lalu, Rasulullah Saw berkata, ”Engkau bertanya kepadaku tentang shalat, tentang wudhu, dan tentang sujud.”
”Memang benar begitu, ya Rasulullah,” jawabnya kembali.
Kemudian Rasulullah berkata, ”Sempurnakanlah wudhu kamu dan kalau engkau ruku, penuhkan kedua tanganmu dengan kedua lututmu, dan kalau engkau sujud, ratakan dahimu di atas tanah dan shalatlah seperti shalat yang terakhir (perpisahan).”

Setelah itu, giliran orang Anshar berkata, ”Ya Rasulullah, ini keperluanku sekarang.”
Rasulullah berkata, ”Kalau mau, kamu boleh bertanya kepadaku. Kalau tidak mau, akan kukabarkan juga kepadamu.”
”Ya Rasulullah, kabarkanlah kepadaku,” pinta orang Anshar. Rasulullah SAW langsung menjawab, ”Kamu mau bertanya kepadaku tentang haji, tawaf, sa’i, melempar jumrah, mencukur rambut dan hari Arafah. Ketahuilah, setiap kali unta kamu mengangkat kakinya, Allah tuliskan kebaikan bagi kamu; dan setiap kali unta itu meletakkan kakinya, Allah hapuskan dari kamu satu keburukan dan tawaf di Baitullah dan Sa’i antara Shafa dan Marwah, menyebabkan kamu keluar dari dosa-dosamu, seperti ketika ibumu melahirkan kamu. Kalau kamu melempar jumrah, lemparan jumrah itu menjadi tabungan kamu untuk hari kiamat. Kalau kamu mencukur rambut, maka bagi setiap lembar rambut yang jatuh, akan menjadi cahaya pada hari kiamat, dan hari Arafah adalah hari ketika Allah Azza wa Jalla membanggakan para jamaah di antara para Malaikat-Nya. Kalau kamu hadir pada hari itu dengan membawa dosa sebanyak butir-butir pasir di sahara atau sebanyak butir-butir hujan dari langit atau sebanyak hari-hari di dalam dunia ini, semua itu akan menghapuskan seluruh dosa itu.”Demikian beberapa keutamaan ibadah haji yang terdapat dalam Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Hajj. Sekarang memang sudah beda. Pahala aktivitas haji tidak lagi dihitung dari langkah unta, tapi dari putaran ban mobil atau langkah kaki. Berbahagialah mereka yang menunaikan ibadah haji—selain menunaikan yang pokok—banyak melangkahkan kaki ke tempat yang diridhoi Allah SWT.

Haji sekarang banyak yang tidak persis dengan haji Rasulullah Saw. Misalnya, orang dianjurkan bubar dari Arafah bersama-sama; tetapi sekarang itu tidak bisa dilakukan, karena kendaraannya harus bergiliran. Bahkan ada yang baru bubar dari Arafah pada tengah malam. Selanjutnya, dalam haji Rasulullah Saw, jika sampai di Muzdalifah, kita harus shalat jama’ dan qashar di Arafah. Selain itu, dalam hajinya, di Muzdalifah, Rasulullah tidur di bukit-bukit itu, di Masy’aril Haram. Kemudian, setelah shalat Shubuh, beliau berangkat bersama-sama, berzikir, sesuai ayat Al-Quran: Fadzkurullaha ’indal masyaril haram”. Dan aktivitas seperti itu tidak pernah dilakukan oleh jamaah haji Indonesia.

Maka sungguh bahagialah orang yang berhaji, baik yang berjalan kaki maupun yang berkendaraan. Sebab esensi ibadah haji tidak dalam rangka menghambur-hamburkan uang atau memajukan perekonomian Arab Saudi. Janganlah berpikiran begitu. Lihat betapa besarnya Allah memberikan karunia dan rahmat-Nya yang terkandung dalam ibadah haji. Selain menghapus dosa-dosa, Allah melalui ibadah haji menjamin kesehatan, rezeki yang luas dan mencukupkan keperluan keluarga orang yang menunaikan haji. Mengenai ini tercantum dalam hadis yang diterima Sayyidina Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib, ”Haji dan umrahlah kamu, nanti Allah sehatkan badanmu, Allah luaskan rezekimu, dan Allah cukupkan keperluan keluargamu.”

Semoga Allah memberkahi perjalanan semua tamu-tamu Allah yang berangkat ke rumahnya tahun ini, dan memanggil kita yang belum berhaji dengan segera. Amiin.