Monday 11 October 2010

Kerjasama RI Australia

Hubungan antara Australia dan Indonesia

Prasejarah

Indonesia adalah tetangga Australia yang terdekat. Hubungan antara kedua negara ini mempunyai sejarah yang panjang. Persamaan antara hewan dan tanaman yang ada di Australia, Irian Jaya, Nusa Tenggara dan Sulawesi merupakan bukti adanya hubungan tersebut. Juga terdapat hubungan sosial dan budaya. Cerita mengenai hubungan ini sudah lama dimulai dalam sejarah manusia. Namun sulit untuk mengatakan kapan tepatnya hubungan antara Australia-Indonesia itu dimulai.
Dalam Bab 4 kita telah dijelaskan sedikit mengenai sejarah suku-suku bangsa Aborijin di Australia. Tampaknya orang-orang ini datang ke Australia dari utara. Mungkin mereka melewati Indonesia dalam perjalanan ke Australia. Pada waktu itu adalah Zaman Es.

Zaman Es

Selama Zaman Es, lautan antara Indonesia dan Australia lebih dangkal dan lebih sempit daripada sekarang. Pada saat itu Australia sebenarnya menyatu dengan gugusan daratan di Irian dan Papua Nugini.
Australia, Irian Jaya dan Papua Nugini membentuk sebuah benua yang disebut Sahul oleh para ahli geografi. Hubungan fisik antara Australia dan Irian Jaya saat itu pasti lebih mudah daripada sekarang.
Zaman Es itu berakhir kira-kira 10.000 tahun yang lalu. Lautan antara Australia dan Indonesia melebar dan kawasan yang mengaitkan keduanya terendam di laut Arafura dan Laut Timor.

Dingo

Kira-kira 4.000 tahun yang lalu muncul Dingo atau anjing hutan di Australia. Dingo serupa dengan Ajak di Indonesia (anjing hutan). Konon, ada orang yang membawa Dingo itu dibawa ke Australia. Tampaknya pengunjung ini datang dari Indonesia.

Cerita Baiini

Suku bangsa Yirrkala di Tanah Arnhem bercerita mengenai suatu suku bangsa yang disebut Baiini yang datang dari utara. Konon mereka datang dengan menggunakan perahu layar bersama keluarganya, lama sebelum hunian Eropa di Australia.
Orang-orang Baiini tersebut membangun rumah-rumah dari batu dan kayu di daerah sepanjang pantai. Mereka menanam padi yang mereka sebut luda. Di samping itu, orang-orang Baiini tersebut menenun kain yang berwarna cerah yang disebut jalajal dan menggunakan sarung yang berwarna-warni.
Menurut cerita, suku Baiini tersebut akhirnya meninggalkan Australia dan berlayar kembali ke utara, dan meninggalkan tanaman padinya. Saat ini ada semacam tumbuhan sejenis rumput di kawasan ini; tumbuhan itu digunakan sebagai makanan oleh bangsa Aborijin. Cerita-cerita mengenai Baiini disampaikan dari mulut ke mulut. Sulit untuk diketahui apakah cerita ini hanya merupakan dongeng ataukah bukan.

Perahu-perahu layar dan angin monsun

Dimungkinkannya perjalanan melalui laut terjadi sejak dikembangkannya perahu kano yang kemudian menjadi perahu layar. Mungkin ini semakin memudahkan hubungan antara Indonesia dan Australia. Angin monsun baratlaut membantu pelayaran dari Indonesia ke Australia. Ketika angin berubah arah, yakni pada awal musim monsun tenggara, maka dimungkinkan untuk berlayar kembali ke Indonesia.

Hubungan paling awal yang tercatat

Para nelayan Bugis dan Makasar secara teratur berlayar ke perairan Australia sebelah utara setidaknya sejak tahun 1650. Pelayaran ini mungkin dimulai pada masa Kerajaan Gowa di Makasar. Para pelaut Makasar dan Bugis ini menyebut Tanah Arnhem dengan sebutan Marege dan bagian daerah barat laut Australia mereka sebut Kayu Jawa.
Tidak seperti legenda Baiini, orang-orang Makasar dan Bugis tidak datang bersama keluarga mereka. Mereka berlayar dalam bentuk armada perahu berjumlah 30 sampai 60 perahu, dan masing-masing memuat sampai 30 orang. Tujuan mereka adalah untuk mencari ikan teripang yang kemudian mereka asapi. Kemudian mereka membawa tripang itu kembali ke Sulawesi, dan selanjutnya diekspor ke Cina. Perjalanan mereka itu disesuaikan waktunya supaya mereka tiba di pantai utara Australia pada bulan Desember, yakni awal musim hujan. Mereka pulang di bulan Maret atau April, yakni akhir musim hujan.
Para nelayan ikan teripang itu membangun rumah-rumah sementara, menggali sumur dan menanam pohon-pohon asam. Hutan kecil pohon asam tersebut masih ada sampai saat ini.
Banyak orang-orang Aborijin yang bekerja untuk para nelayan tripang tersebut, mempelajari bahasa mereka, menggunakan kebiasaan menghisap tembakau, membuat gambar perahu, mempelajari tarian mereka dan 'meminjam' beberapa kisah yang mereka ceritakan.
Sebuah lukisan perahu yang dibuat oleh orang Aborijin dapat dilihat pada Gambar 4.4; gambar itu diambil dari Groote Elyandt.
Beberapa orang Aborijin ikut berlayar dengan para nelayan itu pada saat mereka pulang ke Sulawesi, dan kembali ke Australia pada musim monsun berikutnya, dan beberapa di antaranya ada yang menetap di Sulawesi.
Pengaruh orang Bugis dan Makasar masih dapat dilihat dalam bahasa dan kebiasaan yang digunakan oleh orang-orang tersebut pada saat ini.

Pencarian ikan secara tradisional pada masa kini

Para nelayan tradisional Indonesia masih terus mengunjungi perairan Australia. Mereka mencari ikan di sekitar karang dan kepulauan yang terletak di antara Australia dan Indonesia. Meskipun perairan ini milik Australia, para nelayan tradisional Indonesia diberi hak mencari ikan di sana. Hak ini diberikan asalkan mereka menggunakan perahu layar tradisional dan teknik-teknik mencari ikan secara tradisional. Peta pada Gambar 11.1 menunjukkan kawasan tempat dilakukannya pemacingan ikan secara tradisional tersebut.
Ada gugusan tiga pulau kecil bernama Karang Ashmore. Kawasan ini merupakan Suaka Alam Nasional, yang dikelola oleh Dinas Margasatwa dan Taman Nasional Australia. Penangkapan ikan tidak diizinkan di daerah suaka ini, tetapi para nelayan dibolehkan berlabuh di Pulau Barat untuk mengambil air minum.
Kawasan tempat dilakukannya penangkapan ikan secara tradisional
Gambar 11.1: Kawasan tempat dilakukannya penangkapan ikan secara tradisional

Hubungan pada zaman kolonial

Tahun 1788 sampai dengan tahun 1901 merupakan zaman penjajahan Inggris. Negara-negara bagian di Australia diperintah oleh para gubernur yang ditunjuk oleh Pemerintah Inggris. Pada saat itu, Indonesia berada di bawah jajahan Belanda. Hubungan antara Australia dan Indonesia dikendalikan oleh Inggris dan Belanda.
Sejak tahun 1790 dan seterusnya, Belanda dan Inggris memperluas perdagangan mereka di seluruh dunia. Mulailah berkembang jalur palayaran tetap antara Australia dan Indonesia.

Perdagangan dengan para pemukim Eropa di Australia

Pemukiman Eropa yang pertama di Australia adalah di kawasan yang kemudian disebut Sydney. Persediaan makanan merupakan hal yang penting bagi kelangsungan hidup para pemukim pertama ini. Pada tahun-tahun pertama pemukiman, para pemukim bergantung kepada persediaan makanan yang dibawa dari Eropa melalui perahu layar. Pada saat itu persediaan makanan seringkali dibawa dari Jawa. Oleh karena itu, mulailah terjadi hubungan terawal antara orang Eropa di Australia dengan pulau-pulau di Indonesia.
Kapal pertama yang datang di Sydney dari Indonesia adalah kapal Waaksamheyd pada tahun 1790. Kapal itu membawa persediaan makanan dari Batavia (nama Jakarta pada saat itu). Persediaan makanan itu mencakup:
  • 171 ton daging sapi
  • 172 ton daging babi
  • 39 ton tepung
  • 4.500 kg gula
  • 31.000 kg beras
Pada pelayaran pertama yang dilakukan oleh Waaksamsheyd ke Sydney ini, banyak awak kapal Indonesia yang terkena sakit demam, dan 16 di antaranya meninggal. Pelayaran perdagangan ini sulit dan berbahaya. Banyak kapal Belanda yang juga terdampar di sepanjang garis pantai barat di Australia pada perjalanan mereka dari Eropa ke Batavia.

Perdagangan pada Abad ke 19

Perdagangan teripang berlanjut selama Abad ke-19, yang bebas dari pengendalian Inggris maupun Belanda. Ikan, tiram mutiara, kerang jenis trokus, kura-kura, dan kayu dalam jumlah terbatas juga telah dikumpulkan oleh para nelayan Indonesia tersebut.
Para pemukim Eropa di Australia Utara mengimpor ternak banteng dari Indonesia dan mereka mencoba membuat industri daging sapi. Usaha ini tidak berhasil. Kemudian kerbau diimpor juga. Kedua jenis hewan ini sekarang masih ada di Australia bagian utara.

Kemerdekaan

Ketika bangsa Jepang menjajah Indonesia pada tahun 1942, dibentuklah pemerintahan Kolonial Belanda dalam pengasingan di Australia. Sebagai anggota tentara Sekutu, Belanda dan pemerintahannya yang dalam pengasingan tersebut mendapatkan kekuasaan ekstra teritorial serta dibantu oleh Pemerintah Australia.
Oleh karena adanya penjajahan Jepang tersebut, banyak pengungsi Indonesia yang berkumpul di Australia. Di antara pengungsi ini ada pelaut dan pramugara Indonesia dari kapal-kapal Belanda, dan ada juga tentara Indonesia dari angkatan bersenjata Belanda, serta petugas dan pegawai kesehatan.
Pada tahun 1943 Belanda mengangkut 500 orang lebih ke Australia, baik pria, wanita dan anak-anak, dari perkampungan tawanan di Tanah Merah. Juga, Belanda bermaksud untuk mengasingkan para tawanan ini di Australia.
Para tawanan ini berhasil menyampaikan surat kepada seorang Australia pekerja pelabuhan dan kemudian juga kepada seorang pegawai kereta api. Surat-surat ini berisi penjelasan mengenai maksud Belanda tersebut di atas dan mereka meminta bantuan kepada masyarakat Australia. Tanggapan terhadap surat ini cepat dan kuat. Serikat Buruh Australia melakukan kampanye secara bersemangat dan berhasil membebaskan para tawanan ini.
Mereka juga membantu orang-orang Indonesia yang terdampar di Australia akibat Perang Dunia, untuk mengatur pemberian dukungan bagi negaranya. Sesudah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, semakin bersemangatlah kampanye yang dilakukan oleh Serikat Buruh di Australia. Serikat Buruh tersebut menekan Pemerintah Australia agar mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Australia merupakan salah satu dari negara-negara yang pertama mengakui hak Indonesia untuk merdeka.
Usaha-usaha Pemerintah Belanda untuk meneguhkan kembali kendali kolonialnya di Indonesia di antara tahun 1945 dan 1949 benar-benar dihalangi oleh Serikat Buruh dan oleh Pemerintah Australia yang waktu itu dikuasai Partai Buruh. Kapal-kapal Belanda tidak diberi bahan bakar, dan para pekerja pelabuhan tidak mau menaikkan muatan bahan persediaan ke atas kapal Belanda.
Demonstrasi di Australia untuk mendukung Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945
Gambar 11.2: Demonstrasi di Australia untuk mendukung Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945
Pada bulan Oktober 1945, Pemerintah Indonesia mulai memulangkan orang-orang Indonesia ke beberapa daerah di Indonesia yang dikuasai oleh tentara Republik, meskipun usaha ini ditentang oleh Belanda.
Australia membantu para pejuang nasionalis Indonesia dalam perjuangan mereka mencapai kemerdekaan. Pada tahun 1947, Indonesia meminta Australia untuk mewakili Indonesia dalam Komisi Tiga Negara yang diusahakan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Australia mewakili Indonesia dalam perundingan-perundingan yang menuju ke pengakuan Belanda terhadap Indonesia pada tahun 1949. Australia juga mensponsori masuknya Indonesia ke PBB pada tahun 1950.
Australia dan Indonesia tetap menjaga hubungan baik sejak saat itu. Namun, terdapat juga beberapa perbedaan pendapat. Salah satu perbedaan tersebut berkenaan dengan perselisihan yang terjadi antara pemerintah Indonesia dan Belanda atas Nugini Barat (Irian Jaya sekarang).

Irian Jaya

Antara tahun 1959 dan tahun 1962 Pemerintah Australia berpihak kepada pemerintah Belanda selama perjuangan Indonesia menentang pemerintahan Belanda di Irian Barat. Pada saat itu Partai Komunis Indonesia mulai berpengaruh
dan ada kekhawatiran di Australia mengenai pengaruh itu. Dikhawatirkan bahwa integrasi daerah jajahan Belanda yang dulu disebut Nugini Barat itu dengan Indonesia akan memperluas pengaruh komunisme.
Masalah tersebut di atas menimbulkan ketegangan terhadap hubungan antara Australia dan Indonesia. Akhirnya dirundingkanlah penyelesaian pada tahun 1962, dengan bantuan PBB, dan Irian Jaya menjadi propinsi Indonesia yang ke-26.
Sejak tahun 1962, Australia telah mengakui Irian Jaya (yang sejak awal tahun 2002 disebut Papua) sebagai bagian integral dari Republik Indonesia.

Konfrontasi dengan Malaysia

Dalam periode tahun 1963-65 terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia. Australia dan Indonesia mempunyai pandangan yang berlainan mengenai pembentukan negara Malaysia. Daerah bekas jajahan Inggris ini meliputi Malaya, Sarawak, Sabah, dan Singapura. Namun, pada tahun 1965 Singapura keluar dari Malaysia.
Sebagai sebuah negara Persemakmuran, Malaysia mempunyai kaitan yang penting dalam hubungan militer dan pendidikan dengan Australia. Angkatan Bersenjata Australia sebelumnya telah membantu tentara Malaysia dan Inggris dalam perjuangannya melawan gerilya komunis yang aktif di Malaysia. Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno waktu itu menyebut Malaysia sebagai rezim ciptaan neo-kolonialis dan menganggapnya ancaman bagi Indonesia.
Australia waktu itu terus mendukung Malaysia dan semakin mengkhawatirkan perkembangan komunisme di Indonesia. Australia juga mengkhawatirkan adanya pendekatan konfrontasi yang digunakan Indonesia untuk menghadapi Malaysia. Akhirnya tentara Australia, yang mendukung Pemerintah Malaysia, terlibat dalam pertempuran dengan tentara Indonesia di Borneo (sekarang Kalimantan).
Masalah tersebut di atas terpecahkan dengan adanya kudeta yang gagal di Indonesia pada tahun 1965, dan dengan diangkatnya President Soeharto sebagai pemimpin. Sesudah tahun 1965 hubungan antara Australia-Indonesia mulai berkembang lagi, dan menjelang tahun 1967 Australia memberikan dana bantuan untuk membantu membangun kembali ekonomi Indonesia.

Hubungan Australia — Indonesia sesudah tahun 1966

Masa Pemerintahan Orde Baru di Indonesia merupakan suatu masa berkembangnya hubungan antara Australia-Indonesia. Hubungan kita telah berkembang semakin luas dan semakin dalam.

Wisatawan Australia memilih Indonesia

Sejak awal 1970-an Indonesia telah menjadi tujuan utama wisata bagi orang Australia. Penerbangan Garuda, Qantas, Sempati dan Merpati mengangkut penumpang dari Australia ke Indonesia dan sebaliknya. Australia telah menjadi sumber wisatawan yang penting bagi Indonesia. Bali merupakan propinsi yang paling dikenal. Ada sebuah lagu populer di Australia berjudul "I've been to Bali too" (Saya juga pernah ke Bali).
Sekarang, orang Australia mulai tertarik mengunjungi daerah-daerah lain di Indonesia. Semakin banyak yang mulai mengunjungi kota-kota, seperti Jakarta, Medan, Yogyakarta, Surabaya, Ujung Pandang dan Kupang, selain Denpasar. Kepariwisataan telah menjadi cara yang penting untuk meningkatkan pengetahuan orang Australia tentang bahasa dan budaya Indonesia.

Integrasi Timor Timur

Peristiwa-peristiwa sekitar integrasi Timor Timur dengan Indonesia pada tahun 1976 telah ikut memegang peranan dalam hubungan Australia-Indonesia. Sesudah Portugis meninggalkan bekas daerah jajahannya tersebut di tahun 1975, terjadi perselisihan di antara berbagai kelompok politik di Timor Timur. Angkatan bersenjata Indonesia memasuki Timor Timur pada bulan Desember 1975 dan kawasan ini menjadi satu dengan Republik Indonesia di tahun 1976. Hal ini menyebabkan perdebatan di Australia. Di samping itu, kematian lima wartawan Australia di Timor Timur di tahun 1975 telah menjadi perhatian masyarakat Australia dan media. Australia mengakui kedaulatan Indonesia atas Timor Timur secara de jure tahun 1979.

Kemerdekaan bagi Timor Timur

Dinamika politik dalam negeri Indonesia telah berubah secara dramatis dengan jatuhnya Pemerintahan mantan Presiden Soeharto. Di bulan Januari 1999, diumumkan bahwa Indonesia akan menawarkan otonomi kepada Timor Timur. Jika rakyat Timor Timur menolak tawaran ini, maka Indonesia akan menerima pemisahan diri Timor Timur dari Republik Indonesia. Pada tanggal 5 Mei 1999, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia dan Portugis menandatangani Perjanjian Tripartit yang menyatakan bahwa PBB akan menyelenggarakan jajak pendapat di Timor Timur. Rakyat diminta memilih apakah Timor Timur tetap menjadi bagian dari Indonesia ataukah Timor Timur menjadi negara merdeka. Pada tanggal 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih merdeka (78.5%).
Pengumuman hasil pemilihan umum tersebut diikuti dengan kekerasan yang meluas oleh unsur-unsur pro-integrasi.
Australia memainkan peranan pokok dalam memobilisasi tanggapan internasional terhadap krisis kemanusiaan yang membayang nyata. Jakarta menyetujui keterlibatan angkatan internasional pemilihara keamanan di kawasan ini. Australia diminta oleh PBB untuk memimpin angkatan tersebut, dan menerima tugas ini. Kekuatan internasional di Timor Timur atau International Force in East Timor (disingkat INTERFET) telah berhasil dikirim ke Timor Timur dan menjalankan tugasnya untuk mengembalikan perdamaian dan keamanan di kawasan tersebut. Pada tanggal 20 Oktober, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mencabut keputusan penyatuan Timor Timur dengan Indonesia.
Peristiwa-peristiwa ini telah menimbulkan ketegangan dalam hubungan Australia-Indonesia dalam jangka pendek tersebut. Namun, kedua negara telah sepakat untuk memandang ke depan, bukan ke belakang, disertai semangat yang positif, dan keduanya sepakat untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan.

Kerjasama semakin meningkat

Kerja sama antara Pemerintah Australia-Indonesia dan hubungan antara kedua bangsa telah semakin meningkat. Pemerintah kedua negara bekerja keras untuk membina saling pengertian antara bangsa Indonesia dan Australia. Sehubungan dengan hal tersebut, sedang dikembangkan hubungan yang lebih akrab dalam perniagaan, politik, pendidikan, kesenian, media dan komunikasi, olahraga dan profesi.

Kerjasama Kawasan Celah Timor

Salah satu perkembangan yang penting dalam hubungan Australia-Indonesia adalah ditandatanganinya Perjanjian Celah Timor pada tahun 1989. Perjanjian tersebut adalah mengenai pemanfaatan bersama minyak/gas alam di Laut Timor pada perbatasan Timor Timur dan Australia. Perjanjian yang dibicarakan antara Indonesia dan Australia tersebut digantikan dengan perjanjian baru yang ditandatangani oleh Australia dan Timor Timur sesudah kawasan ini mencapai kemerdekaannya.

Gambar 11.3: Kawasan Kerjasama

Lembaga Australia-Indonesia

Lembaga Australia-Indonesia didirikan pada tahun 1989.
Lembaga ini bertujuan untuk:
  • ikut mengembangkan hubungan yang stabil antara kedua negara kita;
  • memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia mengenai keanekaragaman budaya di Australia, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi;
  • mengembangkan pengertian masyarakat Australia mengenai keanekaragaman budaya di Indonesia dan peluang kerja sama ekonomi.
Lembaga ini mendorong adanya hubungan antara orang Australia dan Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, media, perniagaan, ilmu pengetahuan, teknologi, olahraga, dan kesenian.
Lambang Yayasan Australia-Indonesia
Gambar 11.4: Lambang Lembaga Australia-Indonesia

Wisatawan Indonesia menemukan Australia

Sekarang Australia menjadi tujuan wisata yang semakin populer bagi wisatawan Indonesia. Sejak tahun 1991, jumlah orang Indonesia yang mengunjungi Australia telah meningkat rata-rata 55% setiap tahun.
Lebih dari 106.000 orang Indonesia yang mengunjungi Australia di tahun 1994/1995. Kebanyakan orang-orang ini berkunjung sebagai bagian dari suatu kelompok orang yang sedang berlibur. Tujuan utama bagi orang Indonesia yang mengunjungi Australia adalah untuk berlibur, melanjutkan pendidikan, dan untuk berniaga.

APEC

APEC atau Asia-Pacific Economic Cooperation (Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik) adalah kelompok 18 negara di kawasan Asia-Pasifik. Negara APEC dapat dilihat dalam Gambar 10.2.
APEC pertama kali disarankan oleh Australia pada tahun 1989. APEC bertujuan untuk mendorong kerjasama ekonomi, penanaman modal dan perdagangan di kawasan ini.
Kawasan Asia-Pasifik menghasilkan kira-kira 50% dari barang dan jasa di dunia dan merupakan 40% dari perdagangan dunia.
APEC telah sangat didukung oleh Australia dan Indonesia. Pada tahun 1994 para pemimpin APEC mengadakan pertemuan di Bogor dan sepakat untuk melakukan penanaman modal dan perdagangan bebas di kawasan tersebut menjelang tahun 2020.

Perkembangan dalam perdagangan

Indonesia telah menjadi mitra dagang yang berharga bagi Australia. Ekonomi Industri Indonesia yang berkembang pesat dan tenaga kerja yang besar, digabung dengan teknologi tinggi Australia dan sumber daya alamnya telah memberikan banyak peluang usaha.

Hubungan perniagaan dan perdagangan

Perdagangan dan perniagaan antara Australia dan Indonesia semakin tumbuh, sebagaimana telah digambarkan pada Bab 6. Perdagangan dua-arah telah meningkat menjadi 25, 2% selama tahun 2000-2002. Lebih dari 400 perusahaan Australia sedang melakukan perniagaan di Indonesia, mulai dari usaha pertambangan sampai telekomunikasi. Perusahaan-perusahaan ini bekerja sebagai mitra dagang dengan perusahaan dan pemerintah Indonesia.
Sejak berkembangnya hubungan niaga, jumlah perdagangan antara Australia dan Indonesia semakin meningkat.

Jual-beli dalam bidang jasa

Bidang terbaru dalam perdagangan yang semakin meningkat tersebut adalah bidang jasa. Australia menyediakan berbagai ragam jasa bagi usaha perniagaan di Indonesia. Beberapa dari jenis jasa yang disediakan oleh perusahaan Australia mencakup:
  • jasa perbankan dan keuangan
  • pendidikan dan pelatihan
  • perencanaan perkotaan
  • rancangan arsitektur

Bantuan dari Australia ke Indonesia

Pada tahun 2001–02 Australia akan menyediakan bantuan pembangunan kepada negara-negara lain sejumlah 1,725 juta dolar Australia. Indonesia akan menerima kira-kira 7,04% dari dana bantuan ini, yang berjumlah 121,5 juta dolar, melalui Program Kerjasama Pembangunan.
Australia merupakan negara pemberi donor terbesar kelima kepada Indonesia. Australia telah menyumbang 1.5% sampai 6% dana bantuan luar negeri Indonesia.

Tujuan bantuan Australia

Tujuan bantuan Australia adalah pengurangan kemiskinan dengan bantuan yang melalui dua aliran:
  • memperbaiki Pemerintahan termasuk administrasi pemerintah, lembaga perbankan, keuangan dan keadilan.
  • pengembangan sumber daya manusia masyarakat yang miskin dengan memperbaiki pendidikan;
  • kesehatan, khususnya ibu dan anak serta pengendalian HIV/AIDS; dan penyediaan air minum.
Banyak sumbangan Australia yang diarahkan ke Indonesia bagian timur, terutama ke Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya sebab daerah-daerah ini merupakan daerah yang paling miskin dan paling ketinggalan di Indonesia. Kebanyakan bantuan Australia berbentuk program pendidikan dan pelatihan. Dalam sektor pendidikan di Indonesia, Australia menyediakan program beasiswa yang terbesar.

Perjanjian Australia-Indonesia di bidang Pertahanan Keamanan

Pada tahun 1996 Australia dan Indonesia membuat Perjanjian Pertahanan Keamanan. Perjanjian tersebut dibuat karena kedua negara ingin memperkuat persahabatan yang ada di antara keduanya. Perjanjian itu juga mengakui pentingnya jaminan perdamaian dan stabilitas kawasan sebagai cara untuk menjamin adanya pembangunan ekonomi dan kesejahteraan bagi kedua negara.
Kedua negara menyepakati bahwa:
  • para menteri negara akan secara tetap berkonsultasi mengenai masalah-masalah keamanan;
  • mereka akan saling berkonsultasi jika terjadi tantangan yang sifatnya bermusuhan terhadap kepentingan keamanan bersama, dan mempertimbangkan tindakan individual atau tindakan bersama yang mungkin diambil; dan,
  • mereka akan bekerjasama dalam masalah-masalah keamanan.
  • Perjanjian ini mulai berlaku sejak tanggal 15 Juli 1996.
Perjanjian ini tidak berlaku terhadap komitmen internasional yang ada pada kedua negara. Perjanjian itu juga didasarkan atas kesepakatan mengenai perlunya menghormati kedaulatan, kemandirian politik, dan integritas kawasan bagi semua negara.

Monday 4 October 2010

Urang Sunda Jadi Presiden, Apa Mungkin?

Urang Sunda Jadi Presiden, Apa Mungkin?

Oleh Iip D Yahya

Tulisan Jamaludin Wiartakusumah (Mang Jamal) di Kompas (18/9) sangat
menggelitik sekaligus menohok. Bahwa sejumlah kelebihan pribadi para
presiden RI, dari Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono, sebenarnya
dimiliki pula oleh orang Sunda. Akan tetapi, mengapa belum ada orang Sunda
yang bisa meraih jabatan tersebut?

Salah satu sifat orang Sunda yang laten adalah individualis. Kalau sudah
menjabat di pusat kekuasaan, ia lupa menyertakan gerbong Sunda, sesuatu
yang lazim dilakukan pejabat pusat dari etnik lain. Lihat saja Presiden
SBY sekarang yang mempunyai ibu dari Blitar. Wakil Presiden Boediono
berasal dari Blitar. Ketua Umum Partai Demokrat, sebagai partai terbesar,
Anas Urbaningrum dari Blitar. Panglima TNI Agus Suhartono pun kelahiran
Blitar. Toh tidak ada yang protes bahwa tindakan itu "Blitar sentris" atau
"Jawa Timur sentris". Semua aman-nyaman saja menerimanya, sebagai sesuatu
yang ilahar.

Di luar jaringan Blitar, saat ini panggung politik Indonesia dikuasai
"Palembang connections". Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua Setgab Koalisi Besar
sekaligus Menko Ekuin, semua dari Palembang. Kita pun tidak merasa ada
yang terganggu, adem ayem saja.

Pernah ada pejabat kita yang coba menerobos sifat individualis itu, yaitu
Yogie S Memet ketika menjabat Mendagri. Depdagri saat itu "di-Jabar-kan".
Ternyata yang paling ribut menolak dan mencemooh justru orang Sunda, dan
etnik lain tinggal bertepuk tangan. Dengan demikian, ada masalah internal
pada orang Sunda sebelum muncul atau dimunculkan di pentas nasional. Tanpa
penyelesaian yang tuntas, sekalipun ada tokoh Sunda yang memiliki semua
bakat yang dimiliki para presiden terdahulu, ia belum tentu bisa jadi
presiden. Ada persoalan strategi, garis tangan, nasib baik, dan tentu saja
takdir Tuhan. Jadi, yang diperlukan bukan sekadar epigon.

Realitas politik nasional saat ini diakui sangat "kejam" bagi orang Sunda.
Memiliki jumlah pemilih terbesar di Indonesia, tetapi tidak memiliki tokoh
penting di hampir semua partai politik. Bahkan, dalam realitas politik
lokal, pada 2008 orang Sunda memilih gubernur dan wakil gubernur yang
tidak memiliki KTP Jawa Barat.

Sunda mukimin

Tanpa bermaksud beralibi, semua presiden RI selalu mengidentifikasikan
dirinya dengan Sunda, secara langsung atau tidak langsung. Soekarno kuliah
di THS Bandung dan menikah dengan perempuan Sunda yang kemudian dicerainya
sesaat sebelum "memetik hasil perjuangan" berupa proklamasi kemerdekaan.
Sekian lama tinggal di Bandung, pastilah Soekarno memiliki identitas warga
Bandung. Dalam terminologi sekarang, dia dapat tergolong Sunda mukimin.
Dalam sidang PPKI, ia ditetapkan secara aklamasi sebagai presiden atas
usulan Oto Iskandar di Nata, tokoh utama Pasundan.

Soeharto, sebagai presiden kedua, peran pentingnya diawali dengan memimpin
rapat di Markas Kostrad, yang menentukan dalam menaklukkan pasukan-pasukan
yang berafiliasi pada G30 S dan pembubaran PKI. Dengan rapat itulah,
secara sistemik, Soeharto bisa mengeliminasi peran dan kesempatan Nasution
untuk menjadi presiden kedua. Menurut sumber-sumber yang penulis temukan,
yang mengatur rapat penting tersebut adalah Kepala Staf Kostrad Mayjen
Achmad Wiranatakusumah. Di lingkaran tertentu, banyak yang berseloroh
bahwa Achmad adalah sosok yang ikut mengantarkan Soeharto ke tampuk RI 1.

Presiden ketiga BJ Habibie, lahir di Pare-Pare, tetapi punya proyek
prestisius bernama IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) di Bandung.
Sejak 1950 Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments
Middlebare School setingkat SMA. Ia lalu kuliah di ITB sebelum melanjutkan
ke Jerman. Ia juga bisa dianggap sebagai Sunda mukimin sekalipun ketika
jadi presiden lebih memilih untuk mengangkat sejumlah orang asal Sulawesi
Selatan.

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, tanpa ragu, mengakui bahwa perjalanannya
meraih kursi kepresidenan banyak dibantu, secara spiritual, oleh Mbah
Panjalu, penyebar tarekat Syadziliyah yang dimakamkan di Panjalu, Ciamis.
Pengakuan itu dibuktikannya dengan mengunjungi makam Mbah Panjalu sesaat
setelah ia dilantik menjadi presiden. Sebelum menjabat presiden, secara
administratif ia menjadi anggota MPR dari Utusan Golongan atas restu Rais
Aam PBNU KH Ilyas Ruhiat. Posisi itulah yang memungkinkannya bisa ikut
"mengatur" Sidang MPR pada 1999. Kiai Ilyas adalah pengasuh Pesantren
Cipasung, Tasikmalaya.

Megawati Soekarnoputri, sebelum menjadi presiden, terpilih menjadi anggota
DPR dari daerah pemilihan (dapil) Bandung. Begitu pula Taufik Kiemas,
sekalipun orang Sumatera Selatan, selalu terpilih dari dapil Bandung.
Konsep marhaenisme yang terus diusung PDI-P, yang masih ampuh meraih
simpati orang Jabar, berawal dari pengamatan ayah Megawati atas kehidupan
cacah pituin Sunda.

SBY meniti karier yang cukup lama di lingkungan Yonif Linud 330 Kostrad
dan Linud 17 Kujang I Kostrad yang bermarkas di Jabar. Tim suksesnya dalam
Pilpres 2009, secara sadar, memilih gedung Sabuga sebagai tempat deklarasi
untuk membangkitkan romantisme SBY akan Bandung dan mengidentifikasikan
kedekatan SBY dengan masyarakat Jabar. SBY sendiri tidak ragu mengakui
bahwa kehidupannya di Bandung, ketika memimpin pasukan atau menjalani
pendidikan, sangat memengaruhi perjalanan hidupnya menuju tampuk
kepemimpinan nasional.

"Disemahkeun" dulu

Dengan prinsip someah hade ka semah, Bandung dan Jawa Barat telah menjadi
tempat berseminya calon-calon pemimpin Indonesia. Orang Sunda tidak pernah
pasea mendukung Soekarno-Soeharto-Habibie-Abdurrahman-Megawati-SBY justru
karena mereka semua "semah", bukan pituin Sunda. Namun, sekali saja ada
calon dari pituin Sunda sendiri, konflik internal muncul. Naon leuwihna
silaing ti kuring? Lalu akan dimulailah pancakaki, bahwa garis dari
leluhurnyalah yang paling hebat dan sah untuk diorbitkan.

Kegelisahan Mang Jamal akan terjawab, mungkin jika tokoh-tokoh muda
potensial Sunda "disemahkeun" dulu ke luar Jawa Barat. Biarlah mereka jadi
politisi di luar kandang terlebih dahulu. Jarang kita dengar pendatang
asal Sunda ribut di lembur batur. Artinya, mereka bisa diterima di mana
saja di Indonesia ini. Tokoh pituin Sunda akan lebih diterima di pentas
nasional jika muncul dari luar Jabar. Sekarang sudah mulai terlihat
presedennya dengan tampilnya beberapa politisi Senayan yang terpilih dari
dapil di luar Jawa. Mudah-mudahan proses ini berjalan alami dan tidak
terganggu oleh politisi super-ambisus yang suka gehgeran dan luncat
mulang.

Walhasil, apakah urang Sunda bisa jadi presiden RI? Jawabannya tentu saja
bisa. Tetapi, apakah mungkin? Itulah yang belum bisa diterawang dalam
situasi-kondisi perpolitikan saat ini. Selain ada persoalan eksternal,
orang Sunda juga punya masalah internal yang harus diselesaikan. Apakah
orang Sunda memang mau dan siap (bukan sekadar ambisi) menjadi presiden?
Lalu, apakah orang Sunda merasa perlu ada tokohnya yang menjadi presiden?
Kalau dua pertanyaan ini sudah terjawab, dengan sejumlah konsekuensi
logisnya, isuk pageto baring supagi, insya Allah akan ada presiden yang
benar-benar urang Sunda.

IIP D YAHYA Bergiat di Rumah Baca Buku Sunda, Bandung
Dimuat kompas kemis kamari 29 sept 2010