Showing posts with label Kumpulan Dokumentasi Kegiatan. Show all posts
Showing posts with label Kumpulan Dokumentasi Kegiatan. Show all posts

Saturday, 27 April 2013

Keutamaan taat kepada suami



Suami muslim sebagai penanggungjawab rumah tangga mendambakan kehidupan rumah
tangga yang tenteram, diliputi dengan cinta dan kasih sayang demi mewujudkan
kebahagiaan bagi seluruh anggota rumah tangga dan salah satu faktor penting
dalam mewujudkan hal tersebut adalah kepatuhan dan ketaatan seorang istri
muslimah kepada suaminya setelah ketaatannya kepada Allah dan RasulNya.

Bisa dibayangkan bagaimana keadaan rumah tangga seandainya istri tidak taat dan
patuh kepada suami, kebahagiaan yang diimpikan akan lenyap, kegembiraan yang
didambakan akan terkubur dan kasih sayang yang diharapkan tumbuh subur akan layu
untuk selanjutnya mati tergantikan oleh percekcokan, perselisihan dan
pertengkaran. Hal ini dipicu oleh salah satunya keengganan dan penolakan istri
untuk taat kepada suaminya.

Keutuhan rumah tangga sangat diperhatikan oleh Islam karena bagaimanapun rumah
tangga yang utuh jauh lebih baik dari pada rumah tangga yang bubar di tengah
jalan, dari sini kita memahami ketika talak diizinkan, ia diizinkan dalam
kondisi dharurat dan itu pun demi kebaikan dan kemaslahatan suami dan istri.
Demi menjaga keutuhan rumah tangga ini Islam meletakkan batasan-batasan hak dan
kewajiban bagi dan atas suami istri, misalnya dari sisi istri, dia memiliki
kewajiban taat dan patuh kepada suaminya.

Jangan salah paham ketika istri diharuskan taat kepada suami setelah ketaatannya
kepada Allah dan RasulNya, ini tidak serta merta berarti derajat istri lebih
rendah atau ini merupakan perendahan kepada wanita, tidak demikian karena pada
prinsipnya hak dan kewajiban dalam rumah tangga adalah setara dan sebanding
sebagaimana telah penulis singgung dalam makalah sebelumnya, akan tetapi ini
hanyalah pengaturan dan penempatan masing-masing dari suami dan istri pada pos
yang memang sesuai dan sejalan dengan tabiat dan fitrah masing-masing, tidak
mungkin dalam satu kapal ada dua nahkoda dan tentu yang paling pantas menjadi
nahkoda adalah orang yang memiliki kriteria dalam kadar lebih untuk itu, dan ini
ada pada diri suami.

Di samping itu ketaatan dan kepatuhan istri tidak berbuah cuma-cuma, ada imbalan
besar lagi utama yang disediakan atasnya sebagai pendorong, akan tetapi buah dan
imbalan besar ini hanya bisa dipetik oleh istri-istri yang beriman dengan baik
kepada Allah yang dengannya dia lebih mementingkan apa yang ada di sisiNya
daripada selainnya.

Ketaatan kepada suami adalah salah satu kunci masuk surga.

Setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan tidak terkecuali istri tentu
berharap bisa meraih surga, kebahagiaan abadi yang tidak akan pernah terputus
untuk selama-lamanya, oleh karena itu dia akan berusaha menelusuri setiap jalan
yang bisa menyampaikannya kepadanya dan jalan ke sana memang banyak, salah
satunya secara khusus untuk istri yaitu ketaatannya kepada suaminya.

Nabi saw bersabda,

“Apabila seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulannya,
menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya niscaya dia akan masuk surga dari
pintu mana saja yang dia inginkan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

Adakah balasan yang lebih besar dan utama dari ini? Masuk surga, tidak sebatas
itu akan tetapi lebih dari itu, dari pintu mana saja yang dia kehendaki. Belum
cukuplah hal ini menggugah dan mendorongmu untuk taat dan patuh kepada suamimu?

Imam Ahmad dan al-Hakim meriwayatkan dari al-Husain bin Mihshan bahwa bibinya
datang kepada Nabi saw untuk suatu keperluan, setelah dia selesai dari
keperluannya, Nabi saw bertanya kepada bibi al-Husain, “Apakah kamu bersuami?”
Dia menjawab, “Ya.” Rasulullah bertanya, “Bagaimana dirimu terhadapnya?” Dia
menjawab, “Saya tidak melalaikannya kecuali jika saya tidak mampu.” Maka
Rasulullah saw bersabda,

“Lihatlah dirimu daripadanya, karena dia adalah surga dan nerakamu.”

Kadar kataatan istri kepada suaminya adalah salah satu tolok ukur
keberhasilannya dalam berumah tangga, sejauh mana dia taat kepada suaminya
sejauh itu pulalah nilai yang kedudukan wanita muslimah di sisi suaminya dan
tentu ia menambah kecintaan suami kepadanya. Bukankah ini yang didambakan wahai
istri muslimah?

Ketaatan kepada suami menandingi ibadah-ibadah besar.

Dalam kitab Usudul Ghabah milik Ibnul Atsir dari Asma’ binti Yazid binti
as-Sakan al-Asyhaliyah bahwa dia mendatangi Rasulullah SAW, sementara beliau
sedang duduk di antara para sahabatnya. Asma’ berkata, “Aku korbankan bapak dan
ibuku demi dirimu ya Rasulullah. Saya adalah utusan para wanita di belakangku
kepadamu. Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada seluruh laki-laki dan wanita,
maka mereka beriman kepadamu dan kepada Tuhanmu. Kami para wanita selalu dalam
keterbatasan, sebagai penjaga rumah, tempat menyalurkan hasrat dan mengandung
anak-anak kalian, sementara kalian – kaum laki-laki – mengungguli kami dengan
shalat Jum’at, shalat berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah,
berhaji setelah sebelumnya sudah berhaji dan yang lebih utama dari adalah jihad
fi sabilillah. Jika salah seorang dari kalian pergi haji atau umrah atau jihad
maka kamilah yang menjaga harta kalian, yang menenun pakaian kalian, yang
mendidik anak-anak kalian. Bisakah kami menikmati pahala dan kebaikan ini sama
seperti kalian?”

Nabi SAW memandang para sahabat dengan seluruh wajahnya. Kemudian beliau
bersabda, “Apakah kalian pernah mendengar ucapan seorang wanita yang lebih baik
pertanyaannya tentang urusan agamanya daripada wanita ini?” mereka menjawab, “Ya
Rasulullah, kami tidak pernah menyangka ada wanita yang bisa bertanya seperti
dia.”

Nabi SAW menengok kepadanya dan bersabda, “Pahamilah wahai ibu. Dan beritahu
para wanita di belakangmu bahwa ketaatan istri kepada suaminya, usahanya untuk
memperoleh ridhonya dan kepatuhannya terhadap keinginannya menyamai semua itu.”
Wanita itu berlalu dengan wajah berseri-seri.

Lihatlah wahai para muslimah, Nabi saw mensejajarkan ketaatan istri kepada
suaminya, usahanya untuk mendapatkan keridhaannya dan kepatuhannya terhadap
keinginannya dengan amalan-amalan besar seperti shalat jumat, shalat berjamaah,
haji, umrah bahkan jihad di jalan Allah Ta'ala. Saya berharap Anda puas dengan
ini karena jika tidak maka dengan apa Anda bisa puas?

Ketaatan kepada suami adalah salah satu tanda keshalihan istri.
Menjadi muslimah yang shalihah adalah keinginan setiap istri dan suamipun
mendambakan yang sama, untuk mewujudkan keinginan ini mudah saja yaitu dengan
salah satunya mentaati suami, firman Allah, “Maka wanita yang shalih ialah yang
taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena
Allah telah memelihar (mereka).” (An-Nisa’: 34).
Ayat ini menetapkan bahwa ketaatan kepada Allah merupakan ciri dari wanita
shalihah, dan ketaatan kepada suami adalah bagian dari ketaatan kepada Allah
karena ia merupakan perintah Allah Ta'ala.

Nabi saw bersabda,

“Sebaik-baik wanita adalah wanita yang jika kamu melihat kepadanya maka kamu
berbahgia, jika kamu memerintahkannya maka dia mentaatimu, jika kamu bersumpah
atasnya maka dia memenuhinya dan jika kamu meninggalkannya maka dia menjagamu
pada diri dan hartamu.” (HR. an-Nasa`i)

Terakhir apa batasan ketaatan istri kepada suami?

Batasannya adalah perkara-perkara yang bukan merupakan kemaksiyatan kepada Allah
dan RasulNya, ini adalah batasan kataatan kepada makhluk di mana Allah Ta'ala
memerintahkan mentaatinya dan salah satunya adalah suami. Tidak ada ketaatan
kapada makhluk dalam bermaksiyat kepada Khalik.

Nabi saw bersabda,

“Tidak ada ketaatan dalam bermaksiyat kepada Allah, ketaatan itu hanya dalam
kebaikan.” (HR. Muslim)

Nabi saw bersabda,

“…Kecuali jika dia diperintahkan kepada kemaksiyatan, jika dia diperintahkan
kepada kemaksiyatan maka tidak ada kata mendengar dan mentaati.” (HR. Muslim)

Istri dalam Islam


Allah Ta'ala berfirman, "Dan istri-istri yang kalian khawatirkan nusyuz mereka, hendaklah kalian menasehati mereka atau pisahkan mereka dari tempat tidur, atau pukullah mereka. Dan jika mereka sudah kembali taat kepada kalian, maka janganlah kalian mencari-cari jalan (untuk menyakiti) mereka. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar." (QS. An-Nisa': 34)
Al-Wahidi rahimahullah berkata, "Yang dimaksudkan dengan 'nusyuz' pada ayat diatas adalah kedurhakaan terhadap suami, yakni merasa lebih tinggi dihadapan suaminya disaat terjadi perselisihan."
Atha' berkata, "Maksudnya adalah seorang istri yang mengenakan wewangian dihadapan (suami)nya, namun tidak mau 'dikumpuli', serta berubah sikap dan ketaatan yang dulu pernah dilakukannya."
Maksud firman-Nya (yang artinya), "Hendaklah kalian menasehati mereka," yaitu nasehatilah mereka dengan kitab Allah dan ingatkanlah akan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka (para istri).
Ibnu Abbas menafsirkan ayat (yang artinya) "Atau pisahkan mereka dari tempat tidur," yakni dengan membelakanginya dan tidak mengajaknya berbicara. Sedangkan Sya'bi dan Mujahid menafsirkan dengan cara meninggalkan tempat tidurnya dan tidak menggaulinya.
Tafsir ayat (yang artinya) "Atau pukullah mereka," yakni memukulnya dengan pukulan yang tidak membahayakannya.
Sedangkan maksud firman-Nya (yang artinya) "Jika mereka menaati kalian," adalah janganlah kalian (suami) mencari-cari alasan untuk menyakiti mereka (istri).
Seorang istri memiliki kewajiban yang besar untuk patuh kepada suaminya. Kepatuhan ini tentu tidak berlaku jika seorang suami memerintahkan istrinya untuk bermaksiat kepada Allah, sebab tidak ada kepatuhan terhadap perintah manusia dalam berbuat maksiat kepada Allah.
Jika seorang istri yang patuh kepada suaminya akan memperoleh keutamaan pahala yang besar, maka sebaliknya, istri yang durhaka kepada suaminya akan mendapat ganjaran dosa dan laknat baik dari Allah maupun makhluk-Nya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya, lalu ia menolak datang, (maka) malaikat melaknatnya hingga pagi hari." (HR. Abu Daud dan Nasa'i)
Dalam hadits yang lain disebutkan, "Jika pada malam hari seorang istri meninggalkan tempat tidur suaminya dan menolak ajakannya, maka penduduk langit marah kepadanya hingga suaminya rela kepadanya." (HR. Nasa'i)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ada tiga orang yang tidak diterima shalatnya, dan kebaikannya tidak diangkat kelangit: budak yang melarikan diri dari tuan-tuannya hingga ia kembali kepada mereka dan meletakkan tangannya pada mereka (menyerah dan taat); seorang istri yang dimarahi suaminya hingga ia ridha kepadanya; dan orang yang mabuk hingga siuman." (HR. Thabrani dan Ibnu Khuzaimah)
Sudah seharusnya seorang istri berusaha untuk taat dan menunaikan kewajibannya terhadap suaminya. Begitu besarnya hak suami terhadap istrinya, hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika aku diperbolehkan untuk memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain, pastilah aku akan menyuruh seorang wanita bersujud kepada suaminya." (HR. Tirmidzi)
Seorang bibi dari Hushain bin Muhsin bercerita perihal suaminya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu Rasulullah berkata kepadanya, "Lihatlah kedudukanmu dihadapannya, ia adalah surga dan nerakamu." (HR. Nasa'i)
Seorang istri wajib meminta ridha suaminya dan menjaga dirinya dari kemarahannya, sebab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika seorang wanita meninggal dunia, sedangkan suaminya ridha kepadanya, maka ia akan masuk surga." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim)
Oleh karena itu, seorang istri berhati-hati dari kedurhakaan terhadap suaminya, karena kedurhakaannya bisa mengantarkannya kedalam neraka. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Aku melihat neraka, dan aku dapatkan ternyata sebagian besar penghuninya adalah wanita."
Hal itu disebabkan karena kurangnya ketaatan istri kepada Allah, Rasul-Nya, dan suami mereka. Selain itu, para istri itu pun sering ber-tabarruj (memamerkan dandanannya kepada orang lain). Tabarruj artinya seorang istri keluar dari rumahnya dengan mengenakan pakaian terbaiknya dan berdandan, serta bersolek hingga membuat orang-orang terfitnah oleh penampilannya.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang wanita menyakiti suaminya di dunia, (melainkan) istrinya yang lain dari bidadari berkata, 'Janganlah menyakitinya, semoga Allah membunuhmu.'" (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
(Imam Adz-Dzahabi. 2008. Al-Kabair, Galaksi Dosa terjemah: Asfuri Bahri. Jakarta: Darul Falah)
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Artikel yang Lain xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Istri Yang Di Anggap Durhaka Kepada Suami
Apakah Anda termasuk Istri yang dianggap durhaka? apakah istri Anda termasuk istri yang dianggap durhaka kepada suami?
Apabila dipanggil oleh suaminya ia tidak datang.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:"Apabila suami memanggil isterinya ke tempat tidur. ia tidak datang nescaya malaikat melaknat isteri itu sampai Subuh." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Membantah suruhan atau perintah suami.
Sabda Rasulullah SAW: 'wanita Siapa saja yang tidak berbakti kepada suaminya maka ia mendapat laknat dan Allah dan malaikat serta semua manusia."
Bermuka masam terhadap suami.
Sabda Rasulullah SAW: "Siapa saja perempuan yang bermuka masam di hadapan suaminya berarti ia dalam kemurkaan Allah sampai ia senyum kepada suaminya atau ia meminta keredhaannya."
Jahat lidah atau mulut pada suami.
Sabda Rasulullah SAW: "Dan ada empat golongan wanita yang akan dimasukkan ke dalam Neraka (diantaranya) ialah wanita yang kotor atau jahat (tajam) lidahnya terhadap suaminya."
Membebankan suami dengan permintaan yang diluar kemampuannya.
Keluar rumah tanpa izin suaminya.
Sabda Rasulullah SAW: "Siapa saja perempuan yang keluar rumahnya tanpa ijin suaminya dia akan dilaknat oleh Allah sampai dia kembali kepada suaminya atau suaminya redha terhadapnya." (Riwayat Al Khatib)
Berhias ketika suaminya tidak disampingnya.
Maksud firman Allah: "Janganlah mereka (perempuan-perempuan) menampakkan perhiasannya melainkan untuk suaminya." (An Nur 31)
Menghina / Meremehkan pengorbanan suaminya.
Maksud Hadis Rasulullah SAW: "Allah tidak akan memandang (tidak akan ridla) kepada siapa saja perempuan yang tidak berterima kasih atas pengorbanan suaminya sedangkan dia masih memerlukan suaminya."
Mengijinkan masuk orang yang tidak diijinkan suaminya ke rumah
maksud Hadis: "Jangan ijinkan masuk ke rumahnya melainkan yang diijinkan  suaminya." (Riwayat Tarmizi)
sebagai contoh : berhubungan dengan seseorang tanpa keperluan yang diizinkan syara' baik di dunia nyata ataupun di dunia maya seperti sms-an, chatting  dan telepon dengan laki-laki ajnabi/asing.
Tidak mau menerima petunjuk (saran/nasehat) suaminya.
Maksud Hadis: "Isteri yang durhaka hukumnya berdosa dan dapat gugur nafkahnya ketika itu. Jika ia tidak segera bertaubat dan memint ampun dari suaminya, Nerakalah tempatnya di Akhirat kelak. Apa yang isteri buat untuk mendapat ridla suaminya  adalah semata-mata untuk mendapat keredhaan Allah SWT" , karena keridlaan suami terhadap istrinya, adalah salah satu tanda keridlaan Allah kepada dirinya, sebagaimana hadits Nabi :
" Wanita mana saja yang mati sedangkan suaminya meridlainya, maka baginya adalah sorga ".
Sebenarnya untuk mendapat ridla suaminya, para istri istu tidaklah sulit jika memang diri mereka itu punya ilmu dan dan hati mereka punya niat yang kuat dan tulus untuk konsisten pada niat dan komitmen awal ketika membangun biduk rumah tangga.

Thursday, 28 March 2013

Smile




P to P




Facebook

Facebook may cause serious mental health problems in kids, studies show
By Andrew Couts — August 8, 2011








The scientific community has only just started to discover the various risks and benefits associate with social media and the ways in which it is changing everything from human interaction to childhood development. But according to a recently revealed study, using Facebook and other technology may have negative effects on the mental health of children and teenagers.

These findings were unveiled by Dr. Larry D. Rosen, a professor of psychology at California State University, Dominguez Hills, at the 119th Annual Convention of the American Psychological Association in Washington, D.C. on Saturday. Dr. Rosen, whose study was entitled, “Poke Me: How Social Networks Can Both Help and Harm Our Kids,” has been studying the effects of technology on people for more than 25 years.

Dr. Rosen’s study found the following worrisome details:

• Teenagers and young adults who are persistently logged on to Facebook are more often to show psychological disorders, like mania, paranoia, aggressive tendencies , antisocial behavior and increased alcohol use. These teens also more often displayed narcissistic tendencies, which are fed by their ability to constantly broadcast information about themselves through Facebook.

• Children, pre-teens and teenagers who used technology, like the Internet and video games, on a regular basis   have more stomach aches, sleeping problems, anxiety and depression. They also miss school more often.

• Not surprisingly, middle school and high school students who logged into Facebook at least once during a 15-minute study session received lower grades. Rosen and his team found that most students were only able to maintain focus on their studies for two or three minutes before distracting themselves with technology, like text messages, mobile apps or the Web.

• Rosen also revealed that the average teenager sends approximately 2,000 text messages per month, a massive amount of information processing that has been founded to be related to problems with sleep and concentration, as well as physical stress.

Despite the plethora of bad news about excessive social networking and use of other technology, Rosen’s findings weren’t all negative.

For instance, young adults who regularly use Facebook are better able to conjure “virtual empathy” for online friends. And introverted teens can learn valuable socializing skills behind the safety of a computer screen. Social networking can also provide innovative ways for teachers to connect with students, Rosen found.

For the parents out there who think they can control their children’s social media intake through the use of computer monitoring software, Rosen says not to bother.

“If you feel that you have to use some sort of computer program to surreptitiously monitor your child’s social networking, you are wasting your time. Your child will find a workaround in a matter of minutes,” he said. “You have to start talking about appropriate technology use early and often and build trust, so that when there is a problem, whether it is being bullied or seeing a disturbing image, your child will talk to you about it.”

(via Science Daily, LA Times) [Image via]

Andrew Couts    
Staff Writer for Digital Trends