TES DARAH, Antisipasi Sesal Kemudian Hari
TAKcukup hanya cinta dalam membangun suatu rumah tangga.Banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan,salah satunya masalah kesehatan. Penyakit turunan atau genetik hingga kini masih kerap ditemukan di tengah masyarakat. Sebut saja misalnya talasemia ataupun HIV/AIDS.Talasemia misalnya, penyakit ini diderita oleh anak yang kedua orangtuanya membawa sifat. Kalau sudah begitu, malapetaka menghantui keluarga tersebut. Demikian juga penularan HIV/AIDS, bisa terjadi melalui hubungan suami-istri. Nah, untuk mengetahuinya, maka harus dilakukan pemeriksaan darah oleh setiap pasangan yang ingin menikah.Tes darah bagi calon pasangan suami-istri (pasutri) tidak hanya untuk mengetahui kesehatan pasangan masing- masing,juga untuk mencegah penularan berbagai penyakit seperti HIV/AIDS,talasemia dan diabetes. Menurut Kepala BKKBN Provinsi DKI Jakarta Drs H Dadi Parmadi Suparta, tes darah bagi calon pasutri ini dilakukan bukan karena tidak ada saling percaya, tapi untuk mengetahui penyakit yang tidak baik bagi keturunan. ”Dengan tes darah ini dapat diketahui apakah seseorang mengidap suatu penyakit atau tidak, misalnya diabetes.Karena jika keduanya mengidap penyakit itu, maka harus dipikirkan bagaimana keturunan mereka nantinya, begitu pula dengan HIV-AIDS,” ungkap Dadi dalam acara Sosialisasi Training of Trainer Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi dan Kelangsungan Hidup Ibu Bayi dan Anak (PMKR-KHIBA) di Jakarta,belum lama ini. Tes darah sangat disarankan bagi mereka yang berisiko menderita HIV/AIDS,yakni sebagai upaya mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV. Bila positif, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan Western Blot atau Immunofluorensensi untuk memastikan adanya HIV di dalam tubuh. Tentu saja saran ini sangat berlaku bagi seseorang yang mempunyai perilaku berisiko tinggi, seperti sering bergantiganti pasangan seks dan pencandu narkotika suntikan.Atau mereka yang mendapati gejala penyakit yang khas karena infeksi HIV, menderita penyakit yang memerlukan transfusi darah terus- menerus seperti hemophili dan sering berhubungan dengan cairan tubuh manusia.
HIV yang disebabkan oleh virus Acquired Imune Deficiency Syndrome (AIDS) dapat tertular dari pasangan seks yang tidak aman dan memakai jarum suntik yang bergantian.Penyakit ini dapat menyerang siapa saja. Kelompok yang berisiko tinggi tertular HIV adalah orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom. Pengguna narkoba suntik dengan menggunakan jarum suntik secara bersama-sama. HIV juga telah menyerang masyarakat umum seperti pasangan seksual pengguna suntik dan bayi yang ibunya positif HIV. Penderita yang semakin meningkat tiap tahun telah menjadi permasalahan bagi dunia kesehatan di seluruh dunia.Selain tes darah bagi pasangan berisiko, kampanye penggunaan kondom pun digencarkan di berbagai negara. Di Indonesia program kampanye kondom telah mulai dijalankan sejak tahun ’90-an. ”Menggugah kesadaran masyarakat untuk mau memakai alat pengaman,” ungkap Dr Dicky Budiman MSc PH dari Direktorat P2ML Depkes. Pada awalnya, kondom berfungsi sebagai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.Tapi lama-kelamaan, kondom ini berfungsi untuk pencegahan virus IMS (infeksi menular seksual). Namun, stigma di masyarakat masih menganggap kondom selalu diidentikkan dengan pandangan yang buruk. Adanya mitos penggunaan kondom akan mengurangi kenikmatan, sebagian masyarakat enggan menggunakannya.
Tanggal dibuat : 09/07/2007 @ 11:09Revisi terakhir : 09/07/2007 @ 11:09
Kategori : Gaya Hidup Halaman pernah dibaca 1712 kali